biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Senin, 25 Januari 2016

I am Crushed.

ini, kalau yang ada di kepala ga dijadiin tulisan, aku bisa gila.

selama ini, suka menyangkal, kalau bukan dibilang selalu, bahwa saya belum siap dewasa. memang, belum. satu tv show ini bener-bener ngebantu saya ngeliat perspective lain dari adulthood. bagaimana menyingkapi hidup, betapa seringnya kita berbohong dengan diri kita, dengan orang lain.

Here is a truth about truths. It hurts. That is why you lie
lagi-lagi, kalimat di atas menampar saya tajam. tak terhitung berapa dusta dan kebohongan terlontar dari mulut saya, demi kenyamanan saya, demi kenyamanan orang sekitar saya.

hidup dewasa datang dalam satu paket. sakit, lelah, bahagia, menentukan pilihan.. semua tidak bisa dihindari.

here is the thing, jangan, jangan pernah berubah jadi seseorang yang bukan kamu. tidak akan pernah memberi dampak yang bagus untuk dirimu.

terus melangkah, meski sakit. terus melangkah, meski hatimu terasa berlubang, ada sesuatu yang hilang.

sadar, kamu punya pilihan. kehilangan dia, atau kehilangan dirimu sendiri.

kehilangan dia, kamu bisa sembuh, perlahan. luka itu akan sembuh. kamu akan makan seperti biasa, tidur seperti biasa, bangun seperti biasa.. sampai pada satu hari luka itu tidak lagi sakit.

ada luka yang tidak bisa sembuh. kepergiannya membuatmu terluka? he took a piece of you? never give it back to you? deal with it. you will be okay.

at the end, you will be free.

and eventually, she will always hold the carrot, and he will be chasing her. destroy his family. destroy his life, life that he never wanted. not without her.

Minggu, 03 Januari 2016

Mari Melepaskan

"Mari melepaskan, agar ada cukup tempat untuk menggenggam kembali"
Saul Raja Sinaga

Saya belajar banyak tentang melepaskan. Bukan sekali dua kali saya melepaskan. Dari hanya sekedar belajar melepaskan, sampai betulan melepas, dan di detik yang sama hati saya hancur, sebagiannya ingin masih terus menggenggamnya, memperjuangkan.

Tapi kemudian saya sadar, tangan saya hanya ada 2. Hati saya hanya ada satu. Terlalu banyak menggenggam akan menghancurkan saya sendiri. Saya, harus melepas yang tidak baik untuk saya. Untuk menggenggam yang baru, yang lebih baik untuk saya.

Lengkap sudah. Saya, bukan orang yang plin-plan. Terlalu tinggi harga diri saya untuk mencela sesuatu, kemudian balik mencintainya dengan gila, tanpa ingat betapa jahat saya sudah mencelanya kemarin.

Biarlah, saya bangga. Saya bangga telah berhasil melepaskan. Menggenggam yang baru, membawa kebahagiaan untuk saya. Saya merasa menjadi baru.

Biarlah, saya bangga. Saya bangga 10 atau 20 tahun kedepan saya bisa bangga menceritakan bahwa kamu pernah saya genggam sedemikian erat. Saya bisa berkata kepada anak saya, "Nak, dulu Mama ngefans sekali loh dengan dia. Tapi karena satu dan lain hal, Mama berhenti menyayanginya. Perkara waktu, sayang."

Biarlah, saya bangga. Pengalaman saya mengidolakan dia akan membuat saya mengerti, kalau suatu hari nanti anak saya memiliki seorang idola dan dia akan segila itu kepada idolanya.

Maaf, saya pergi. Kamu menempati tempat khusus di hati saya, saya tidak akan munafik untuk berkata kamu sudah seutuhnya pergi. Tapi sekarang, cukup dengan mendengar lagumu saja, ya. Sudah terlalu banyak saya membuang uang dan waktu saya untuk kamu. Bagi-bagi, ya. Kasian Pentatonix saya, baru 1 kali didatengin konsernya. Itu juga tiketnya jauh lebih murah dari konser-konser kamu yang pernah saya datangi.

Terimakasih, ya. Saya akan berusaha tegar dalam hidup ini. Seperti lagumu itu.