biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Sabtu, 24 Desember 2011

Menyesal mencintaimu (?)

Gelasku, lama tak berbincang denganmu. Pikiranku sudah terlalu penuh dengan cerita yang ingin ku sampaikan padamu. Sampai aku bingung bagaimana harus memulainya.

Kemarin, aku berhasil mewujudkan impian yang aku harapkan dari dulu. Dan ternyata rasanya biasa saja. Atau memang karena aku sudah tidak mempunyai perasaan yang sama lagi? Apakah aku... sudah tidak mencintainya?

Aku sudah tidak mencintainya. Benar. Aku sudah SANGAT tidak mencintainya. Ada sedikit penyesalan. Penyesalan ini terus ada sampai suatu saat aku tersentak dan sadar, aku tidak boleh menyesal mencintainya. Harusnya aku malah berterimakasih pada Tuhan karena sudah memberiku kesempatan untuk merasakan perasaan ini. Ku rasa hal ini membuat aku lebih selektif dalam memilih. Ku rasa, hatiku akan sangat berhati-hati dalam melangkah setelah ini. Aku tidak mau mengalaminya. Cukup sekali bagiku, bagi hatiku untuk merasakan hal yang seperti ini.

Aku yakin di luar sana, Tuhan telah menyiapkan seorang lelaki yang sempurna bagiku, yang siap dan mau mencintaiku, dan siap dengan bahagia akan menikahiku, menungguku di altar, dengan jas hitamnya, dan aku akan mengenakan gaun putih. Kita akan bertemu, dan Tuhan telah mengatur dengan sedemikian indahnya.

Jadi,  aku tidak pernah menyesal merasakan pengalaman ini. Aku tetap merasa bersyukur. Pengalaman mencintaiku kali ini akan membuat aku dan hatiku sangat berhati-hati. Jadi, aku tak pernah menyesal mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar