biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Kamis, 21 Mei 2015

Kepada Lelaki Yang Sedang Memperjuangkan Masa Depan

Kepada para lelaki di luar sana yang sedang memperjuangkan masa depan, topi saya terangkat tinggi untuk kalian.

Kepada kalian yang belajar mati-matian demi mengejar gelar demi karir masa depan yang lebih baik, berjuanglah.

Kepada kalian yang berusaha mati-matian memulai bisnis dari titik nol, berkutat dengan sistem untung dan rugi yang tidak bisa dihindari dari berbisnis, berjuanglah.

Kepada kalian yang terjebak jam kantor 7 pagi sampai 5 sore, duduk di belakang meja kerja dengan komputer dan tangan yang tidak berhenti mengetik pekerjaan, berjuanglah.

Kepada kalian yang belajar mengenai cara menyelamatkan hidup seseorang melalui bantuan kalian, berjuanglah.

Selesaikan apapun yang menjadi kewajiban kalian. Usahakan masa depan kalian secerah mungkin.

Karena kelak, ada perempuan yang rela meninggalkan rumahnya yang nyaman, orang tuanya yang begitu memperhatikan dia dan menyayanginya, demi kalian. Demi kalian tinggal-tinggal setiap hari saat kerja. Demi menjadi sasaran omelan kalian ketika ada sesuatu yang tidak beres dengan pekerjaan kalian. Demi menyuguhkan segelas teh hangat beserta sepiring kue setiap kalian pulang kerja. Demi menyiapkan baju kerja kalian saat kalian akan berangkat kerja.

Berjuanglah. Karena kelak kalian tidak hanya berjuang untuk hidup demi diri kalian sendiri, tapi juga demi istri dan anak-anak kalian.

Berjuanglah, dan jemput masa depan yang cerah itu.

Minggu, 17 Mei 2015

Sorry For Not Saying Goodbye Properly

Saya sungguh belum paham apa itu menjadi dewasa. Sungguh. Saya baru berusia 20 tahun, dan kalau boleh jujur, umur dan tingkat kedewasaan saya sungguh tidak berbanding.

Saya hanya seorang anak perempuan manja bermental usia belasan tahun yang terjebak di tubuh seorang perempuan yang (harusnya) beranjak dewasa.

Keputusan yang saya ambil, biasanya kebanyakan hanya berdasarkan emosi sesaat. Jarang saya pikirkan matang-matang. Jarang saya pikirkan konsekuensinya. Dan tidak jarang pula saya menyesal. Kali ini, satu lagi dari sekian banyak keputusan yang membuat saya menyesal.

Saya, yang dulu dengan tegasnya memilih meninggalkan mereka. 1 kesalahan seseorang, membuat saya sungguh tidak sanggup lagi berada dalam komunitas itu. Saya memilih pergi, sungguh dengan alasan kekanak-kanakan. Anak kecil dalam diri saya sungguh berhasil menang.

Dan sekarang, saya merindukan mereka. Tapi, saya menegaskan kepada diri saya. Ini keputusan yang saya ambil dengan begitu yakinnya beberapa bulan lalu. Biarlah, biar saya menikmati semua akibatnya.

Semoga saja ini bisa disebut belajar untuk beranjak dewasa. Karena saya yakin benar, kalau saya lagi-lagi membiarkan gadis kecil nan egois itu menang, saya akan memutuskan untuk kembali pada zona nyaman saya. Pada mereka yang sebenarnya sungguh tidak sebanding saya tinggalkan karena 1 masalah yang sebenarnya sama sekali bukan salah mereka.

Namun, biarkan malam ini saya mengaku. Saya rindu mereka. Sedikit banyak mereka punya tempat yang istimewa di hati dan hidup saya. Sedikit banyak, mereka yang membuat saya bertahan. Maaf, saya meninggalkan kalian untuk sesuatu yang bukan salah kalian. Maaf.

I'm sorry. Sorry for not say goodbye properly.