biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Senin, 14 Desember 2015

Life Changing

Sejak tahun 2012 saya merantau ke negeri orang, sudah banyak sekali hal yang berubah dari diri saya. Sudut pandang, kepribadian, kemandirian.. Kalau sebelum merantau saya adalah anak manja yang semua maunya harus dituruti, sekarang sih, well, sama aja *halah*

Tapi ya gitu, i'm glad my parents send me aboard to study. Life changing yang sungguh changing me to be a better person.

Satu yang saya selalu khawatir sejak awal keputusan saya mau kuliah dan merantau adalah, "nanti gereja di mana, ya?" karena saya adalah orang yang (sok) religius. Tapi serius, 1 kali aja ga gereja, rasanya ga tenang seminggu kedepan, ada aja yang salah.

Saya udah khawatir banget, dan ternyata, tangan Tuhan jauh lebih ajaib daripada pemikiran manusia. Baru sekian menit sampai di sini, saya sudah langsung bertemu dengan saudara seiman, ya meskipun dia katolik dan saya protestan, tapi tetap saja, saya langsung tenang. "Wah, saya ada temen ke gereja!" pikir saya waktu itu.

Dan tara, Holy Family Church Kajang menjadi rumah saya sejak tahun 2012 sampai pertengahan 2015 kemarin. Gereja mereka yang katolik, yang notabene berbeda dari agama saya yang sebenarnya adalah protestan, tidak pernah menjadi masalah untuk saya. Karena di sana, saya menemukan keluarga. Saya menemukan semangat. Saya menemukan tawa, yang memotivasi saya, memberi saya semangat menjalani hari untuk seminggu kedepannya. Selain ibadah rutin hari minggu, kami selalu latihan paduan suara hari jumat. Dan setiap sabtu atau minggu setelah ibadah, kami luangkan waktu untuk rutin nongkrong bareng, mengakrabkan diri.

My second family.

Sedihnya, pertengahan tahun 2015 ini, bulan Juni lebih tepatnya, saya memutuskan angkat kaki dari gereja ini. Perpisahan itu bukan hal yang mudah. Perubahan juga bukan hal yang mudah, tidak semua orang menyukainya. Kepergian saya yang tanpa mengucapkan selamat tinggal menghancurkan hati saya sendiri. Saya menuliskan kisahnya di sini.

Sejak Juni 2015, saya mencari gereja baru. Lagi-lagi, tangan Tuhan yang ajaib itu menuntun saya. Perlahan, menuju rumahNya, tempat saya bisa memuji dan memuliakan namaNya. Terbawalah saya ke Gereja Berita Injil Antiokhia. Tempatnya, wiiih luar biasa jauh dari daerah rumah saya. Tapi itulah, tangan Tuhan bisa aja bawa saya kesana.

Di sana, lagi-lagi saya menemukan keluarga baru. Mereka yang menerima saya apa adanya. Mereka yang paham permasalahan saya. Mereka yang mau mendengar cerita saya. Mereka yang siap dengan sejuta leluconnya, membuat kami semua tertawa.

Di sana, saya menemukan kenyamanan baru. Perihal kami yang harus berputar sana sini, bolak balik stasiun kereta demi menempuh perjalan ke gereja sana, tidak pernah kami jadikan masalah. Rasa damai itu, mahal untuk didapat. Tidak akan saya buang begitu saja.

Keluarga baru saya.

Sedih, baru bertemu mereka di tahun terakhir kuliah saya di sini. Setelah ini, terserah tangan Tuhan mau membawa saya kemana. Tapi untuk sekarang, saya bersyukur, untuk keluarga baru saya. :)

*post ini ditulis setelah berhasil move on.. kemarin2 tiap hari minggu, dalam hati selalu ngomong "kangen holy family deh.. pengen gereja di sana, deh.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar