biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Rabu, 01 Oktober 2014

Mengenai Masa (Lalu, Sekarang, Depan)

Baru-baru ini akhirnya meneguhkan hati download TimeHop, setelah selama ini ragu. Entah kenapa juga. Lebih karena pengen ngebaca secara random aja apa-apa yang pernah jari-jari saya tuliskan di laptop, handphone, tab. Di jejaring sosial seperti facebook dan twitter, yang mungkin saya yang dulu belum paham benar konsekuensinya.

Kemudian saya tersadar tentang masa lalu saya. Apa-apa yang pernah saya curahkan ke media sosial yang mana semua orang bisa bebas mengakses dan membacanya. Kemudian saya bingung, saya memang masih kecil dan belum paham konsekuensinya atau gimana sih? Kok lempeng banget nulis-nulis segala macam hal?

Ya tentang patah hati lah, ya nyumpahin orang lah, ya ngomong kasar lah. Ternyata saya dulu begitu toh.. *atau sekarang juga masih ya? entahlah*

Sadar akan akibatnya, kembali saya merenung. Tentang sesuatu bernama perkataan. Ucapan. Lisan. Yang kala kita ketik di sosial media, bisa saja dengan mudahnya kita hapus, meskipun ada kemungkinan sudah ada orang yang terlanjur melihatnya. Tapi perkataan? Sekali perkataan terlontar dari mulutmu, tidak ada kata mundur. Semua perkataanmu telah sampai ke telinga pendengar, tak peduli baik atau buruk.

Akhirnya saya paham, sudah saatnya berubah. Sudah saatnya memperbaiki saya yang sekarang agar masa depan saya bisa (semoga saja) menjadi seorang manusia yang lebih baik yang (semoga saja) bisa menjaga tutur kata. Karna sungguh, tidak semua orang paham bahwa sebuah perkataan bisa sangat menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar