biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Sabtu, 25 Mei 2013

penyesalan

Tidak banyak hal yang saya sesali di hidup ini. Tapi ada satu yang sampai sekarang entah mengapa masih sangat mengganggu pikiran saya. Tidak pernah sempat memilikimu. Itu adalah penyesalan yang amat sangat mendalam. Kamu yang begitu berharga untukku, malah tidak sempat aku miliki seutuhnya.

Saya, dari kecil sudah begitu terbiasa mendapatkan apa yang saya  inginkan. Mungkin kalian bisa bilang ini obsesi, tapi, entah kamu tahu atau tidak (dan entah kamu peduli atau tidak) saya sudah sempat membayangkan tentang ‘kita’. Saya sudah sangat ingin kita bersama. Dan kamu, pergi begitu saja. Menghancurkan semua apapun harapan yang pernah saya bangun tentang kita.

Entah mengapa, selalu menjadi penyesalan terdalam untuk saya  hingga sekarang. Saya yang mengaku sudah melupakanmu, sudah tidak lagi berharap apapun tentang kita, nyatanya sampai sekarang masih saja terdiam melihat semua  statusmu. Masih saja tersenyum sumringah melihat fotomu. Masih saja membayangkan percakapan lama kita. Masih saja, sering mendoakanmu diam-diam. Dan sampai sekarang, saya diam-diam masih selalu bertanya-tanya apa rencana Tuhan mempertemukan kita tapi kita tidak pernah bersama-sama.

Saya begitu merindukan kamu. Merindukan percakapan kita. Merindukan perhatian-perhatian yang saling kita tumpahkan satu sama lain..

Satu-satunya yang masih membuat saya bertahan adalah kenyataan bahwa sampai sekarang kamu masih sendiri. Kalau suatu hari nanti kamu bersama seseorang, dan seseorang itu bukan aku, aku tidak tahu akan menjadi apa aku. Mari kita sama-sama berharap bahwa saat itu aku sudah bisa melupakan kamu seutuhnya.

Kamu, masih tetap berharga.

Bagaimana denganmu? Apa aku masih berharga untukmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar