biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Minggu, 20 Januari 2013

Surat Cinta, oleh BJ Habibie

Sebenarnya, ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti akan menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi. Aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian dapat benar-benar memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang. Sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati. Hatiku seperti tidak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong. Hilang isi..

"Saya dilahirkan untuk Ainun, dan Ainun untuk saya.."

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.

Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini..

Mereka mengira, akulah kekasih yang baik bagimu, sayang. tanpa mereka sadar bahwa kaulah yang menjadikanku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua. Tapi, ka ajarkanku arti kesetiaan, sehingga aku setia. Kau ajarkanku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya. Kau dulu tiada untukku, sekarang kembali tiada.

Selamat jalan, sayang. Cahaya mataku, penyejuk jiwaku. Selamat jalan, calon bidadari surgaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar