biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Selasa, 11 Oktober 2011

Suatu Hari

Gelasku, taukah kamu? Ku harap, Suatu hari, dia akan tahu. Tidak ada yang mampu mencintai dia sebaik aku. Suatu hari, dia akan tahu, dan sadar, dia telah melakukan kesalahan besar dengan melewatkanku. Tidak memperdulikanku. Tidak menanggapi rasaku. Apa? Aku mengancamnya? Tidak gelasku... Tidak. Aku tidak pernah mengancamnya. Bagaimana aku bisa mengancamnya sementara separuh hatiku masih terbawa olehnya? Aku tidak mengancam. Aku hanya mengandaikan. Di dunia ini ada yang namanya karma. Apa? Kau bertanya apa itu hukum karma? Karma itu adalah saat di mana segala sesuatu yang kamu lakukan berbalik terjadi kepadamu. Itu gelasku. Itu yang namanya karma.

Sekarang, aku mulai terbiasa. Terbiasa menjalani hari-hariku tanpa dia. Terbiasa melewatkan segala hal tanpa rasa itu. Rasa itu masih ada gelasku. Hanya saja, aku menyimpannya dalam lemari khusus di hatiku. Paling pojok. Dan kemudian aku kunci, lalu kuncinya aku buang sehingga aku tak dapat membuka lemarinya kembali. Tetapi ada satu kesalahanku. Aku menyimpannya di lemari kaca, sehingga aku masih bisa melihatnya. Meski tak dapat menggenggamnya.

Dari aku, yang menyimpan segelas kerinduan dan sesendok penyesalan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar