biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Sabtu, 24 Desember 2011

Happy Christmas :D

Tak terasa, besok sudah natal (lagi). Rasanya baru kemarin aku merayakan natal tahun 2010 dan tiba-tiba saja besok sudah natal 2011. Suasana natal sudah sangat kental di rumah. Pohon natal, kue-kue kering, masakan-masakan yang mama siapkan untuk menjamu tamu.. semua benar-benar membuatku merasakan suasana natal yang begitu indah. Semoga saja natal kali ini berkesan untukmu dan untukku :) Happy Christmas to all of you :D Jesus Bless O:)

Menyesal mencintaimu (?)

Gelasku, lama tak berbincang denganmu. Pikiranku sudah terlalu penuh dengan cerita yang ingin ku sampaikan padamu. Sampai aku bingung bagaimana harus memulainya.

Kemarin, aku berhasil mewujudkan impian yang aku harapkan dari dulu. Dan ternyata rasanya biasa saja. Atau memang karena aku sudah tidak mempunyai perasaan yang sama lagi? Apakah aku... sudah tidak mencintainya?

Aku sudah tidak mencintainya. Benar. Aku sudah SANGAT tidak mencintainya. Ada sedikit penyesalan. Penyesalan ini terus ada sampai suatu saat aku tersentak dan sadar, aku tidak boleh menyesal mencintainya. Harusnya aku malah berterimakasih pada Tuhan karena sudah memberiku kesempatan untuk merasakan perasaan ini. Ku rasa hal ini membuat aku lebih selektif dalam memilih. Ku rasa, hatiku akan sangat berhati-hati dalam melangkah setelah ini. Aku tidak mau mengalaminya. Cukup sekali bagiku, bagi hatiku untuk merasakan hal yang seperti ini.

Aku yakin di luar sana, Tuhan telah menyiapkan seorang lelaki yang sempurna bagiku, yang siap dan mau mencintaiku, dan siap dengan bahagia akan menikahiku, menungguku di altar, dengan jas hitamnya, dan aku akan mengenakan gaun putih. Kita akan bertemu, dan Tuhan telah mengatur dengan sedemikian indahnya.

Jadi,  aku tidak pernah menyesal merasakan pengalaman ini. Aku tetap merasa bersyukur. Pengalaman mencintaiku kali ini akan membuat aku dan hatiku sangat berhati-hati. Jadi, aku tak pernah menyesal mencintainya.

Sabtu, 19 November 2011

kala....

Kala Kau menatapku, ada cinta. Tapi di mataku, bukan matamu..
Kala jemari kita bersentuhan, meski hanya dalam salam persekutuan standar setelah ibadah minggu, ada cinta. Tapi di hatiku, bukan hatimu..

Aku tidak mengerti, apa ini yg namanya cinta bertepuk sebelah tangan. Sakit? Sudah barang tentu. Kau tak kan pernah tau betapa sakitnya. Bisa kau bayangkan, aku mencintainya. Pertama kali dalam sejarah kehidupan remajaku. Mencintai. Bukan sekedar cinta monyet, bukan sekedar cinta palsu. Bukan sekedar cinta anak kecil culun dan cupu.

Aku ingin masa-masa itu terulang. Masa di kala kau menatapku, dan kemudian bumi seolah berputar lebih lambat, seolah bumi lelah menjadikan matahari sebagai porosnya, dan kemudian menjadikanmu sebagai porosnya yang baru.

Tapi bisakah aku meminta padamu, Tuhan, untuk hanya memberikan aku hal hal yang bahagia itu, tanpa meminta hal-hal yang membuat aku terluka? Membuat aku menangis? Karena kala aku menangis, aku tau awan ikut menangis bersamaku, lalu awan berusaha menghiburku dengan memberi pelangi yang indah, khas dengan lengkungannya, dan berharap aku bisa tersenyum indah seperti pelangi.

Well, awan. Ku rasa kau harus kecewa. Aku memang sudah bisa tersenyum sekarang, tapi aku yakin orang-orang yang di luar sana, yang sangat mengenalku, pasti yakin, ada yang kurang lengkap dari senyumanku.. Pelangiku masih hilang. Mungkin nanti, kala pelangiku sudah kembali bersinar, aku akan tersenyum kembali :)

Sabtu, 22 Oktober 2011

bacalah dengan baik. aku mencintaimu.

Bacalah dengan baik. Aku mencintaimu. Bukan sekedar cinta monyet, bukan sekedar cinta permainan. Karena aku sudah dewasa. Aku bisa merasakannya. Kau meragukannya? Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya? Apakah aku harus menjadi dia?

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa.

Tiba tiba teringat lagu lama ini. Cinta datang karena terbiasa, karena ada waktu. Sayangnya, bahkan kau tidak memberikanku waktu. Bahkan kesempatan pun tidak. Aku tak tahu bisa atau tidaknya aku hidup tanpa kamu. Haruskah aku menyerah? Atau tidak? Apa yang harus aku lakukan? Tetap menanti di sini atau apa?

Aku lelah. Lelah menanti. Lelah berharap. Lelah...

Tapi sekali lagi, bacalah baik baik. Aku mencintaimu. Tak perduli boleh atau tidak. Tak perduli kau acuh atau tidak. Cinta ini tak bisa ku hindari. Tak peduli aku selelah apapun, aku di sini, ada, dan mencintaimu.

Sabtu, 15 Oktober 2011

tetap semangat

Hai gelasku. Cuaca di luar cerah sekali ya? Secerah hatiku. Mungkin. Aku percaya pada kebebasan. Pada angin yang membawa debu berlalu. Pada matahari yang tiada lelah menyinari bumi. Pada pagi yang tidak pernah lelah menghampiri malam, dan pada malam yang tidak pernah lelah mengunjungi kekasihnya, sang senja sore. Aku percaya, pada kebahagiaan yang Tuhan anugerahkan pada setiap pribadi kita. Jadi sebaiknya, saat kesedihan menghampirimu, menangislah. Menangis yang puas sampai habis air matamu, lalu, tantanglah matahari dan awan biru, lalu tersenyum :)

Banyak orang berkata, mudah memberi nasihat. Sulit melakukannya. Tapi, berusahalah kawanku. Tuhan ada di sekelilingmu. Jangan pernah kamu berfikir bahwa ada selembar daun jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan. Seperti yang kamu dan aku tahu, hal yang paling kecil di dunia pun merupakan rencana Tuhan. Tetap semangat!

Kamis, 13 Oktober 2011

mengapa kau tak menghilang saja

Mengapa kau tak menghilang saja, lalu jadi sesuatu yang bisa ku lupakan? Gelasku, harus berapa kali aku menangis? Harus berapa kali aku kecewa? Harus berapa kali aku tersakiti? Gelasku, aku mencintainya. Pertanyaanku adalah, mengapa dia membuatku mencintainya padahal dia tau ada seseorang yang sedang mengisi hatinya? Gelasku, hatiku hancur. Aku bahkan sampai sekarang masih belum bisa menepis perasaan sayang itu. Dan lagi lagi pertanyaan itu muncul. Mengapa dia tidak menghilang saja, lalu jadi sesuatu yang bisa ku lupakan? Gelasku, maukah kau menyampaikan pesan ini kepadanya? Sampaikan padanya, aku ingin melupakannya. Sampaikan padanya, aku mau mengosongkan hatiku dari dia. Sampaikan padanya aku mau mengisi hatiku dengan cinta yang baru. Oke gelasku? Tapi gelasku! Jangan lupa sampaikan padanya. Kalau dia masih mau menjadi kakakku, aku membuka pintu hatiku dengan sangat lebar :)

Selasa, 11 Oktober 2011

surat untuk suamiku kelak


Surat untuk suamiku kelak…

Seorang pria yang kuinginkan menatapnya sampai kumati, yang ingin kutemani terjaga dikala kami berduka. Disuatu hari di mana aku sanggup mengesampingkan ketakutanku untuk mengikat diriku dengan sejumlah janji yang ditandatangani.
*** 

Hanya untukmu, priaku

Terkadang dikala lamunan merasukiku tiba-tiba, aku mulai menerka seperti apa kau berwarna. Seperti apa alismu tergaris, atau bagaimana deretan gigimu berjajar dibalik tawamu yang sempurna. 

Aku, layaknya wanita lain di dunia, memimpikan yang terbaik dari semua yang bisa dibayangkan, kami wanita—tak pernah bosan menguap asa.

Kau, tentu yang sedang datang semakin mendekat. Dan aku, sesuatu yang tentu sedang berusaha untuk kau temukan, akan berdiri di detik yang sama dan saling berkata cinta. 

Aku menghayalkan hari itu, mungkin dicuaca lembab langit musim peralihan. Dengan kulitku yang lusuh dan sepatuku yang butut ini, mengiring langkah yang kau tapaki untuk masa depan kita. 

Kamu terhenti, menatap peluh yang jatuh mengalir di tepian garis wajahku dan tanpa bicara mengeluarkan cincin yang kau sembunyikan disepanjang perjalanan. Lalu menatapku lekat-lekat penuh kesungguhan sembari mengatakan,

“Kamu tahu, apa yang kutahu- aku hanya ingin kamu saat ini. Aku mengerti, kamu tak suka janji, maka aku hanya akan berucap. Menikahlah denganku. Dan mari kita bahagiakan anak-anak kita.”

Saat itu, di hari dimana kamu melamarku, aku akan berjinjit dan mengecup keningmu. Lalu kamu pun merangkul pinggulku sembari berbisik, 

“Kumohon, lupakan semua yang buruk dari kita detik ini dan katakan saja iya.”

Aku akan tertawa tanpa bersuara dan bertanya, "Kau tahu apa yang membuatku mampu mencintaimu?"

Kau menggeleng lemah, lalu melonggarkan pelukan kita, “Katakan kenapa?”

“Kesederhanaan. Kamu selalu mampu menyederhanakan kesedihanku.” Dan kamu pun mengecup pipiku lembut

***
Untukmu priaku, 

kamu tahu pasti aku benci seledri atau rasa pahit pada kopi tanpa susu. Kamu mengerti bahwa aku tak bisa memasak rapih di dapurku sendiri. Ketika aku begitu sering menumpahkan gelas yang berada di dekatku dan selalu berhasil membuat segala hal rapih menjadi berantakan.

Dan kamu akan selalu mejadi penyingkir seledri, pembuat kopi susu terbaik di dunia, penangkap setiap gelas yang jatuh. Dan menjadi rekanku membersihkan dapur kita.

Suamiku kelak, kamu mencintai bagaimana caraku menatap semua kekuranganmu, bagaimana aku mengartikan kemarahanmu, bagaimana aku mampu mendengar semua yang tak sempat terucapkan olehmu.

Dan aku mencintaimu karena; kamulah yang kunanti hingga larut berselimut, kamulah yang ingin kujumpa ketika pagi menghampiri matahari. 

Kamu, mengerti dengan baik—bahwa aku bukanlah kesempurnaan.

Lalu kita akan bersama, hingga kelak waktuku habis, atau hingga kelak waktumu mengering.



Yang tak sabar mencintaimu,

Istrimu kelak


ReBlog : www,mangkokata.blogspot.com

Suatu Hari

Gelasku, taukah kamu? Ku harap, Suatu hari, dia akan tahu. Tidak ada yang mampu mencintai dia sebaik aku. Suatu hari, dia akan tahu, dan sadar, dia telah melakukan kesalahan besar dengan melewatkanku. Tidak memperdulikanku. Tidak menanggapi rasaku. Apa? Aku mengancamnya? Tidak gelasku... Tidak. Aku tidak pernah mengancamnya. Bagaimana aku bisa mengancamnya sementara separuh hatiku masih terbawa olehnya? Aku tidak mengancam. Aku hanya mengandaikan. Di dunia ini ada yang namanya karma. Apa? Kau bertanya apa itu hukum karma? Karma itu adalah saat di mana segala sesuatu yang kamu lakukan berbalik terjadi kepadamu. Itu gelasku. Itu yang namanya karma.

Sekarang, aku mulai terbiasa. Terbiasa menjalani hari-hariku tanpa dia. Terbiasa melewatkan segala hal tanpa rasa itu. Rasa itu masih ada gelasku. Hanya saja, aku menyimpannya dalam lemari khusus di hatiku. Paling pojok. Dan kemudian aku kunci, lalu kuncinya aku buang sehingga aku tak dapat membuka lemarinya kembali. Tetapi ada satu kesalahanku. Aku menyimpannya di lemari kaca, sehingga aku masih bisa melihatnya. Meski tak dapat menggenggamnya.

Dari aku, yang menyimpan segelas kerinduan dan sesendok penyesalan...

Senin, 10 Oktober 2011

Andai saja

Hay gelasku. Apa kabarmu hari ini? Baik? Syukurlah.. Apa? Kau bertanya kabarku? Aku masihlah aku yang sama. Tidak pernah berubah. Hanya saja, hari ini, aku sedang tidak Mampu berpikir. Taukah kau mengapa aku tidak bisa berpikir? Karena dia. Lagi lagi dia. Bayangannya begitu ketat membalut otakku, sampai rasanya aku susah untuk bernafas. Taukah kau gelasku? Sekarang dia sudah tidak di sini. Dia telah terbang dengan sekumpulan besi yang membawanya meninggalkanku pergi ke salah satu kota yang telah berbeda pulau dengan tempat aku tinggal sekarang ini. Dan kau tau apa yang aku lakukan? Apa? Mengucapkan selamat jalan? Tidak.. Aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukan itu, gelasku. Aku tidak berani. Kami sudah berbeda. Kami tidak sama seperti dulu lagi. Mungkin dia berkata, 'kita kakak adik' tapi aku masih tidak percaya. Kami bukan orang yang sama sejak malam kejadian itu. Aku tidak percaya semua ini!! Taukah kau gelasku? Aku bukan hanya tidak dapat memiliki seseorang yang aku sayangi, tapi aku juga kehilangan seorang sosok kakak yang dulu sempat aku miliki. Aku menyesal. Andai saja dulu aku dapat menahan perasaan ini. Andai saja pada malam itu aku tidak menangis. Andai saja dia tidak mengetahui perasaanku. Andai saja...

Dan sekarang, wahai gelasku, maukah kau ke dapur, dan membuatkan ku secangkir kopi? Karena meskipun ini sudah larut malam, bisa di pastikan aku tidak bisa tidur. Bisa di pastikan aku tidak dapat terlelap, karena lagi lagi, bayangnya membalut ketat otakku, dan membuatku susah bernafas

Yang terakhir, meski bukan untuk terakhir kalinya, aku mengucapkan selamat belajar untukmu di tanah rantau orang. Aku memang tak berani mengucapkannya secara langsung tapi setidaknya, semoga gelasku Mampu menyampaikannya padamu. :)

Sabtu, 08 Oktober 2011

aku, yang masih berdiri di sini, apa adanya.

Hello blog. Long time no see. Kembali lagi di dunia ini setelah berapa puluh tahun, karena aku mulai menyadari. Huruf jika di susun bisa menjadi sebuah kata, dan kata-kata yang luar biasa akan mampu meluluhkan hati manusia yang paling beku sekalipun. Aku percaya itu. Wah, rasanya terlalu bertele tele tanpa sadar bahwa aku belum memperkenalkan diri. Aku chyntia. Seorang yang biasa biasa saja. Lahir dan terus melanjutkan hidup di kota samarinda, kota tercinta.  Sekarang sedang studi kelas 12 SMA di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Samarinda. Suka, cinta, dan masih sangat menggilai novel. Entah sampai kapan. Mungkin sampai tiba saatnya nanti kata kata tak dapat lagi di ukir menjadi sebuah cerita. Mungkin sampai nanti tiba saatnya semua manusia sudah tidak peduli lagi apa itu menulis dan membaca. Mungkin sampai nanti tiba saatnya semua orang sudah tidak peduli pada indahnya kata kata yang terukir menjadi sebuah fantasi. Atau mungkin, sampai nama ini terukir di batu nisan suatu hari nanti. Tak banyak yang tahu aku, karena memang aku bukan gadis yang istimewa. Aku hanya mampu berharap bahwa blog ku yang sederhana ini mampu menghibur kalian semua. Enjoy!