biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Selasa, 15 Juli 2014

I wish i could meet you, God.

Saya harap saya dapat bertemu denganMu, Tuhan. Dan bertanya, "apa kabar? bagaimana harimu? menyenangkan kah?"

Saya harap saya dapat bertemu denganMu, Tuhan. Dan berbincang. Tentang segala sesuatu. Bagaimana perasaanmu saat menciptakan aku, bagaimana rasanya menulis barisan takdir hidupku dan milyaran orang lainnya. Berbincang, tentang, segala takdir, yang mungkin saja Kau tulis dengan hati-hati. Yang, mungkin saja, Kau tulis hanya dengan nalar dan insting-Mu.

Berbincang tentang dunia dan seisinya yang maha dahsyat. Tentang betapa ketergantungan kami akan diriMu, sementara sekian banyak orang (termasuk saya) terkadang lupa akan Engkau. Lupa bersyukur. Lupa berterimakasih. Atas sesuatu sesederhana oksigen yang tidak bisa kami bayangkan hidup kami tanpa benda tersebut, dan bahkan kami dapatkan setiap detik secara gratis, sebagai hadiah dariMu.

Berbincang tentang, bercandakah Engkau, tentang kehidupan. Karna Engkau adalah Maha Segalanya, bukan? Tidakkah itu termasuk Maha Humoris?

I wish, i could meet you, God. Having a coffee break, and talk, about everything. About all the reason when something happen in my life. Because everyone say something happen for a reason, and sometimes, i really wish so hard that i could know the reason. That's why i want to meet you, God. Even for just asking, "how you doing?"

Dan bertanya, "tidakkah Kau lelah?"

Post ini ikut-ikutan 30 Days Writing Challenge nya @TekoAjib day 9.

1 komentar: