biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)

biarlah gelas menjadi saksi; betapa ku mencinta(mu)
karena cinta yang sederhana tidak pernah menuntut.

Jumat, 25 Juli 2014

saya minta maaf, ya?

Saya pernah merasakan cinta. Pernah merasakan sayang. Tapi sungguh, kali ini beda adanya. Kamu sempurna menghipnotis saya. Dengan kepintaran dan kesederhaan kamu. Dengan sifat dan kelakuan kamu. Dengan bagaimana cara kamu memandang hidup.

Saya minta maaf, ya?

Maaf karna sudah berani-beraninya menaruh rasa suka dan rasa kagum kepadamu. Maaf karena tidak sadar diri, siapalah saya ini berani-beraninya menyukai kamu. Maaf karena, meski saya tau benar semua tidak mungkin, kepala saya tetap membayangkan skenario yang saya harapkan akan terjadi.

Mantra apa sih yang kamu berikan pada saya? I'm completely under your spell. Kepandaian dan keagungan kamu seperti selalu membuat kepala saya menoleh ke arahmu, seperti sempurna selalu membuat saya mengerahkan segala kemampuan saya untuk menarik dan merebut perhatianmu.

Saya minta maaf, ya?

Karena sungguh, hanya itu yang bisa saya pinta darimu. Saya tidak mungkin meminta perhatianmu. Tidak mungkin meminta utuhnya dirimu. Tidak mungkin meminta sayangmu. Tidak mungkin meminta cintamu.

Saya minta maaf, ya?

Karena hanya membebani pikiran kamu dengan hal-hal tidak penting seperti ini. Karena telah menjadi sekeping debu yang menyalip dan mengganggu mata serta arah pandangmu. Karena telah mengacaukan semuanya. Karena telah menjadi tidak profesional. Karena sungguh, kalau kamu tau mengenai hal ini, semua antara kita akan rusak. Saya jamin itu.

Jadi, saya minta maaf, ya?

Post ini ikut-ikutan 30 Days Writing Challenge nya @TekoAjib day 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar